Menu

Kreatifitas Batik Sederhana Bernilai Estetik dan Artistik               Berbicara tentang batik, rasanya bukan merupakan hal yang...

Kerajinan Tangan dan seni Rupa

Kreatifitas Batik Sederhana Bernilai Estetik dan Artistik



              Berbicara tentang batik, rasanya bukan merupakan hal yang asing lagi. Kerajinan batik ini sudah ada sejak jaman dahulu dan sampai saat ini, kerajinan batik sudah menjadi bagian dari budaya, khususnya budaya bangsa Indonesia. Kegiatan membatik ini sesungguhnya bukan merupakan kegiatan yang sulit untuk dilakukan. Namun, banyak orang-orang yang beranggapan kegiatan membatik tersebut sangat sulit untuk dilakukan. Karena kenapa? Tentu saja, penyebab utamanya adalah kurangnya minat untuk latihan membatik, sehingga banyak orang yang beranggapan bahwa membatik merupakan hal yang sulit untuk dilakukan. Belajar membatik disini diibaratkan sama dengan belajar berenang. Dalam belajar berenang, tidak mungkin kita dapat mengambang di air hanya dengan mencoba sekali saja terus langsung bisa berenang, tetapi kita harus melakukan percobaan beberapa kali hingga akhirnya kita bisa mengambang di air. Begitu halnya dengan belajar membatik. Dalam belajar membatik, kita tidak cukup untuk latihan sekali saja, namun dibutuhkan latihan berulang-ulang kali, sehingga pada akhirnya akan dapat menciptakan motif batik yang diinginkan yang tentunya memiliki nilai estetik dan artistik yang tinggi. Selain dibutuhkan keuletan dalam belajar membantik, juga sangat dibutuhkan ketelitian. Dalam hal ini, kita harus teliti dalam pembuatan motif serta pewarnaan pada motif batik tersebut. Jadi intinya, dalam belajar membatik kita harus memiliki keuletan dan ketelituan, sehingga akan dapat menciptakan suatu motif batik yang memiliki nilai estetik dan artistik yang tinggi.
            Coba kita bayangkan, apabila semua masyarakat Indonesia memiliki anggapan bahwa kegiatan membatik tersebut merupakan kegiatan yang sangat sulit utuk dilakukan. Tidak menutup kemungkinan Negara Indonesia ini akan miskin seni. Kenapa dikatakan miskin seni? Tentu saja, karena batik tersebut merupakan kerajinan yang memiliki nilai seni yang sangat tinggi. Apabila batik ini tidak dilestarikan, maka kerajinan batik ini secara perlahan akan menhilang dan tentunya akan bedampak buruk di bidang finansial bagi bangsa Indonesia. Salah satu dampaknya, yaitu devisa negara akan berkurang. Karena melihat  batik tersebut memiliki nilai seni dan keindahan yang sangat tinggi, maka banyak wisatawan mancanegara yang berkunjung ke negara kita untuk melihat kerajinan batik tersebut dan tentunya membeli produk batik tersebut yang akan dijadikan sebagai oleh-oleh, sehingga secara tidak langsung akan dapat menambah devisa bagi Negara Indonesia. Namun, apabila batik tersebut sudah menghilang dan tidak diproduksi lagi di Indonesia, maka secara otomatis wisatawan mancanegara akan bekurang datang ke Indonesia dan berakibat pada berkurangnya devisa Negara Indonesia.
            Untuk mewujudkan agar kerajinan batik tersebut tidak mengilang di Indonesia, salah satu hal yang dapat dilakukan adalah dengan belahar membatik sederhana. Dalam proses membatik sederhana ini, ada beberapa alat atau bahan  yang diperlukan, yaitu buku gambar, crayon atau lilin, cat air, kuas, dan palet. Dalam kegiatan membatik sederhana ini, akan dipadukan antara crayon sebagai motif dasar dan cat air sebagai pewarna batik. Perlu diketahui, apabila motif dasar yang dibuat dengan menggunakan crayon, kemudian diwarnai dengan menggunakan cat air, maka antara crayon dengan cat air tidak dapat tercampur. Dalam mengkombinasikan antara warna crayon dengan cat air, sebaiknya warna yang dipilih berlawanan atau bertolak belakang. Misalnya, disini warna crayon yang digunakan sebagai motif dasar adalah warna kuning atau hijau muda. Kemudian untuk mewarnai dengan cat air, warna yang dipilih harus bertolak belakang atau berlawanan dengan warna crayon yang digunakan sebagai motif dasar, seperti warna hitam, coklat, dan lain-lain yang memiliki warna yang pekat yang berlawanan dengan warna kuning dan hijau muda, sehingga motif batik yang dibuat dengan warna crayon tampak dengan jelas. Namun, apabila pemilihan warna crayon dan cat air memiliki kepekatan warna yang sama, maka antara motif (menggunakan crayon), dan warna (menggunakan cat air) tidak akan tampak dengan jelas. Seperti contoh, yaitu warna crayon yang digunakan untuk membuat motif dasar, yaitu warna merah. Kemudian motif dasar yang telah dibuat, diwarnai dengan menggunakan cat air berwarna hitam. Warna merah dan warna hitam merupakan warna yang memiliki kepekatan yang sama, sehingga antara warna crayon merah yang digunakan sebagai motif dasar dan warna cat air hitam yang digunakan sebagai pewarna motif akan tidak tampak dengan jelas. Jadi, pada intinya, dalam proses pembatikan dalam hal ini, terlebih dahulu kita membuat motif dasar dengan menggunakan crayon, barulah kemudian melakukan pewarnaan dengan menggunakan cat air tentunya antara crayon dan cat air digunakan warna yang berlawanan. Warna crayon yang telah diaplikasikan dengan cat air tidak akan bisa tercampur. Hal ini dikarenakan crayon memiliki sifat yang sama dengan lilin, yaitu melindungi bagian yang tidak ingin diberi warna. Setelah mengkombinasikan antara crayon dan cat air, tentunya akan tampak zat lilin pada gambar atau batik tersebut. Apabila kita ingin menghilangkan zat lilin tersebut caranya sangat mudah, yaitu dengan teknik pemanasan. Dengan teknik pemanasan ini, tentunya zat lilin akan luntur dan yang tersisa hanya warna dari crayon tersebut.

            Membatik itu mudah bukan? Pada dasarnya membatik itu bukan hal yang sulit untuk dilakukan, hanya saja dalam pembuatannya dibutuhkan keuletan, serta ketelitian. Jadi, mari kita lestarikan batik tersebut yang tentunya telah menjadi bagian dari budaya bangsa kita, yaitu Indonesia, agar nantinya batik tersebut tidak tertelan oleh jaman. Namun sebaliknya, seiring dengan perkembangan jaman, batik tersebut dapat lebih berkembang dengan motif-motif yang kreatif dan inovatif yang akan dapat menambah khasana budaya bangsa Indonesia, bahkan dapat membawa nama bangsa Indonesia di kancah internasional 

0 komentar:

Teori Seni Rupa Barat             Seni merupakan suatu imajenasi seseorang yang dituangkan, baik dalam bentuk gambar atau lukisan, gera...

Kerajinan Tangan dan Seni Rupa

Teori Seni Rupa Barat

            Seni merupakan suatu imajenasi seseorang yang dituangkan, baik dalam bentuk gambar atau lukisan, gerak, dan musik atau lagu. Selain itu, seni juga dapat diartikan sebagai hasil cipta, rasa, dan karsa manusia yang memiliki nilai estetik atau keindahan. Setiap orang yang menghasilkan karya seni dinamakan seniman. Dalam perkembangannya, terdapat beberapa macam seni, yaitu seperti seni tari (yang mengutamakan unsur gerak), seni rupa (yang mengutamakan unsur bentuk atau rupa), dan seni musik. Dalam hal ini, akan lebih dibahas mengenai seni rupa khususnya seni rupa barat.
            Seni rupa tersebut merupakan seni yang mengutamakan unsur bentuk atau rupa, seperti contohnya lukisan, patung, dan lain-lain. Teori umum seni rupa menurut seni rupa barat dapat dibedakan menjadi dua, yaitu seni murni dan seni terapan.  
1.      Seni Murni
Seni murni merupakan suatu seni yang digunakan untuk mengekspresikan nilai estetik atau keindahan.. Dengan kata lain, seni murni ini hanya digunakan sebagai hiasan semata dan tidak memiliki fungsi atau kegunaan lain, selain sebagai hiasan. Namun, siring dengan perkembangan jaman, seni murni ini dapat beralih fungsi menjadi seni terapan, artinya seni murni ini yang pada dasarnya memiliki fungsi sebagai hiasan saja, namun kini memiliki fungsi lain, yaitu sebagai fungsional atau dengan kata lain dapat memenuhi kebutuhan hidup, seperti contoh seni fotografi. Seni fotografi ini pada mulanya hanya sebagai hiasan semata baik itu untuk hiasan di dinding rumah maupun untuk dipajang atau dipasang di album kenangan. Namun, sekarang ini seni fotografi sudah berkembang dan mempunyai fungsi ganda. Selain sebagai hiasan, seni fotografi ini juga sekarang diperjual belikan untuk memenuhi kebutuhan ekonomi. Tak pernah disadari, seiring dengan perkembangan jaman, kebanyakan hasil karya seni, khususnya seni rupa memiliki fungsi ganda, yaitu fungsi estetik dan juga fungsional. Namun, terdapat pula hasil karya seni rupa yang hanya memiliki fungsi tunggal , yaitu fungsi estetik saja, seperti seni patung, seni kaligrafi, dan lain-lain.
2.      Seni Terapan
Seni terapan merupakan hasil karya seni yang dibuat dengan lebih mengutamakan unsur kegunaannya, artinya seni ini dibuat untuk memenuhi kebutuhan manusia. Misalnya seni bangunan atau arsitektur. Dalam membuat seni terapan ini tidak sebebas membuat seni murni. Dalam membuat hasil karya seni murni, kita bebas untuk mengekspresikan diri kita dan kemudian dituangkan ke dalam bentuk seni rupa yang diinginkan. Namun, berbeda halnya dalam pembuatan seni terapan. Dalam pembuatan seni terapan, harus mempertimbangkan persyaratan-persyaratan tertentu, seperti syarat keamanan (security), kenyamanan (comfortable), dan keluwesan dalam penggunaan (flexibility). Seni terapan ini juga dapat memiliki fungsi ganda, yaitu selain untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia, seni terapan ini juga memiliki fungsi keindahan atau estetis. Adapun pembagian hasil karya seni dari seni murni dan seni terap(an), sebagai berikut:
Seni Murni
Seni Terap(an)
Pure Art
Fine Art
Applied Art
Seni Lukis
Seni Bangun
Seni Patung
Seni Tenun
Seni Arsitektur
Seni Krya
Seni Pahat
Seni Batik
Seni Grafiti
Seni Baliho (Reklame)
Seni Kaligrafi
Seni Famplet (Reklame)
Seni Dekorasi
Seni Poster (Reklame)
Seni Grafis
Seni Pahat
Seni Fotografi
Seni Grafis
Seni Ukir
Seni Fotografi
Seni Ukir


            Selain karya seni dapat dibedakan dari segi fungsinya, karya seni juga dapat dibedakan dari segi kelas sosialnya. Maksudnya, hasil karya seni tersebut dibedakan berdasarkan penyebutan nama, baik itu penyebutan nama lukisannya maupun penyebutan diri sendiri sebagai orang yang menghasilkan karya seni. Dalam hal ini, terdapat dua kelas social, yaitu ada orang-orang yang tinggal di kota atau sering disebut pekota, dan ada orang-orang yang tinggal di desa atau sering disebut dengan pedesa. Orang-orang pekota menyebut lukisannya sebagai design serta menyebut dirinya sebagai seniman. Namun, berbeda halnya dengan orang-orang yang tinggal di desa, mereka sering disebut artisan, dalam hal ini seperti tukang, perajin, maupun kriyawan. Perbedaan ini pada dasarnya dilatar belakangi oleh harus adanya jarak antara orang kota dengan orang desa. Dalam hal ini, orang kota tidak mau disamakan dengan orang desa, baik itu dalam hal penyebutan hasil lukisan, maupun dalam hal penyebutan nama/gelar. Namun, hasil lukisan orang kota dengan orang desa berbeda-beda. Artinya, tidak selalu lukisan orang kota lebih bagus daripada lukisan orang desa, Hal tersebut tergantung pada bagaimana ia membuat, menekuni, serta menghayati hasil karya yang telah dibuat. Jadi, pada intinya lukisan yang bagus itu tidak dapat dilihat dari tempat kita tinggal, entah itu di perkotaan, maupun di pedesaan. Namun, hal tersebut tergantung pada bagaimana kita membuat lukisan tersebut, keuletan dalam melukis, serta ketelitian untuk mendapatkan hasil lukisan yang maksimal.

Oleh : A.A.Gede Agung Wisnu (1211031026)






1 komentar:

Tantangan dan Perjuangan Melukis pada dasarnya merupakan kegiatan yang sangat menarik dan menyenangkan untuk dilakukan. Karena kena...

Tantangan dan Perjuangan

Tantangan dan Perjuangan


Melukis pada dasarnya merupakan kegiatan yang sangat menarik dan menyenangkan untuk dilakukan. Karena kenapa? Tentu saja, karena dengan melakukan kegiatan melukis seseorang akan dapat mengekspresikan apa yang terdapat dalam dirinya serta mengembangkan segala imajenasinya dalam bentuk lukisan. Bagi pelukis yang professional yang tentunya memiliki banyak pengalaman dalam hal melukis, melukias tersebut merupakan hal yang sangat mudah untuk dilakukan. Namun, hal tersebut berbanding terbalik dengan pelukis pemula atau dapat dikatakan baru belajar melukis. Bagi pelukis pemula, kegiatan melukis merupakan kegiatan yang sulit untuk dilakukan dan saya adalah salah satu orang yang dapat dikatakan baru belajar melukis. Tak pernah terbayangkan oleh saya untuk menjadi pelukis yang professional, namun tak menepis kemungkinan hal tersebut bisa terjadi.
Coba kita bayangkan, hanya dengan menggoreskan cat air dengan pola goresan yang sederhana akan dapat menghasilkan lukisan yang memiliki nilai artistik yang tinggi. Dibalik semua itu, tentunya harus dibutuhkan adanya ketelitian serta ketekunan dalam diri pelukis tersebut. Berbicara tentang ketelitian, saya mengambil contoh dari pengalaman melukis dengan cat air yang pernah saya alami, yaitu dalam hal mencampurkan cat air dengan air. Dalam hal ini, apabila dalam mencampurnya lebih banyak air daripada cat air, tentu warna yang dihasilkan pada saat menggoreskan kuas kurang jelas. Begitu pula sebaliknya, apabila dalam mencampurnya lebih banyak cat air daripada air tentu akan menghasilkan warna yang sangat pekat. Jadi initinya, kita harus teliti dalam hal mencampurkan air dengan cat air tentunya untuk menghasilkan warna yang diinginkan. Selain itu, dalam melukis kita harus dapat memperlakukan kuas dengan baik dan benar agar goresan-goresan yang dihasilkan indah dipandang mata.
Saya sebagai orang yang baru belajar melukis merasakan kesulitan pada saat akan melukis. Sebelum melukis, saya sudah mempersiapkan terlebih dahulu alat dan bahan yang dipergunakan dalam melukis, seperti cat air, kuas, dan lain-lain. Pertama-tama saya mencampurkan air dengan cat air. Setelah cat air dan air tercampur, kemudian saya mencoba menggoreskan kuas yang telah berisi campuran air dengan cat air tersebut. Ternyata warna yang dihasilkan itu kurang jelas dan tidak sesuai dengan warna yang saya inginkan. Kemudian saya mencoba lagi mencampurkan air dengan cat air dan menggoreskannya dengan kuas di atas buku gambar dan ternyata, warna yang dihasilkan sudah sesuai dengan keinginan saya. Barulah setelah itu saya memulai melukis. Pertama-tama saya bingung dan takut untuk melukis apa. Namun saya berusaha untuk mencoba dan memberanikan diri untuk menggoreskan kuas pada buku gambar. Jujur, pada saat itu tidak satu pun ide yang muncul dipikiran saya. Awalnya saya membuat pola goresan yang sederhana, yaitu garis lurus. Kemudian saya berfikir lagi mengenai apa yang saya bisa buat dari garis lurus ini. Seiring dengan berjalannya waktu, saya mendapatkan inspirasi bahwa dengan garis lurus tersebut saya bisa buat menjadi batang pohon dan mengembangkannya menjadi sebuah pohon rindang. Saya akui bahwa hasil lukisan saya kurang memuaskan dan butuh latihan yang lebih lagi. Menurut saya melukis itu adalah tantangan, namun dengan semangat yang saya miliki, saya akan merubah tantangan tersebut menjadi sebuah perjuangan untuk menghasilkan lukisan yang memiliki nilai artistik yang tinggi. 

Oleh : A.A.Gede Agung Wisnu (1211031026)







0 komentar:

Tantangan dan Perjuangan.docx by Christopher Clark

Tantangan dan Perjuangan.docx by Christopher Clark

0 komentar: